VIVAnews - Asap dan suara gemuruh dari Gunung Nglanggeran--gunung purba di Patuk, Gunung Kidul, DIY--sempat meresahkan warga yang masih trauma akibat letusan Merapi. Dikonfirmasi, kepala bidang pengamatan dan penyelidikan gunung api, M. Indrasto mengatakan sudah sejak lama gunung itu tidak aktif.
"Kalau ada suara gemuruh, mungkin dari Merapi. Sementara, kalau ada yang melihat asap, itu mungkin awan biasa," kata dia saat dihubungiVIVAnews, Kamis, 11 November 2010.
Sementara itu, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), Subandriyo, mengatakan pihaknya sedang menyelidiki Gunung Nglanggeran. Namun, ia menekankan bahwa, gunung purba itu dari sejarahnya terbentuk sejak 64 juta tahun lalu. Nglanggeran terakhir meletus 60 juta tahun lalu.
"Gunung berapi yang aktif sekarang, termasuk Merapi, terbentuk dari 1,8 juta tahun yang lalu," kata Subandriyo.
Dicontohkan dia, adanya gas yang ke luar dari gunung kecil juga dilaporkan terjadi di Klaten, Jawa Tengah. Namun, setelah diselidiki, ternyata itu bukan gas vulkanik melainkan dari endapan gas yang menumpuk dalam gunung.
"Tidak perlu panik mendengar isu-isu dan informasi yang ada di luar. Itu gejala alam biasa dan tak perlu dikhawatirkan," kata Subandriyo.
Ditambahkan dia, untuk bencana gunung berapi, masyarakat diminta mengikuti informasi dari BPPTK, bukan dari sumber lain.
Nama Nglanggeran telah mendunia. Gunung ini akan dipromosikan menjadi geopark atau taman bumi dunia. Jika lolos, Nglanggeran akan menambah daftar geopark dunia yang saat ini berjumlah 58. Di Asia Tenggara, taman bumi baru terdapat di Langkawi, Malaysia.(Laporan: Erick Tanjung, Yogyakarta | kd)
• VIVAnews
No comments:
Post a Comment