VIVAnews - Korban akibat letusan Merapi pada Jumat dini hari terus bertambah. Awan panas 'wedhus gembel' melumat warga di sejumlah lereng Merapi. Hingga kini tercatat 144 orang tewas.
Menurut Andi Arief, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, korban meninggal akibat letusan gunung Merapi terus bertambah. Sampai sore ini, totalnya dilaporkan mencapai 144 orang.
"Pukul 16:30 WIB, total korban meninggal total 144 orang dengan rincian 127 korban dari DI Yogyakarta (termasuk erupsi 26 Oktober silam) dan Jawa Tengah 17 orang," demikian kata Andi Arief yang menginformasikan jumlah korban tewas di akun Twitter-nya, Sabtu 6 November 2010.
Jumlah korban kemungkinan akan terus bertambah. Tim SAR pun hingga saat ini masih terus mencari korban di daerah yang terkena dampak letusan Merapi.
Letusan Gunung Merapi yang terjadi pada 5 November dini hari disebut sebagai letusan terhebat. Letusan itu membuat abu vulkanik menyebar hingga ke Bandung.
Hingga Sabtu siang erupsi Merapi masih belum juga berhenti. Kolom material vulkanik mencapai kisaran 5 kilometer dari puncak. Sedang awan panas meluncur pada jarak sekitar 2 kilometer ke semua arah.
"Letusan Merapi saat ini termasuk uninterupted (terus menerus). Fluktuasi letusan tinggi dengan status Awas dengan KRB III 20 kilometer," ujar R Sukhyar, Kepala Badan Geologi, Kementerian ESDM,di kantor BPPTK, Yogyakarta. Area KRB III harus bebas dari penduduk.
Sifat dan letusan Merapi kali ini, menurut R Sukhyar, berbeda dan lebih besar dibanding letusan tahun 1997, 2001 maupun 2006. "Berdasarkan rekaman aktivitas Merapi selama ini, letusan kali ini hampir menyamai letusan tahun 1872," ujar R Sukhyar.
Selain letusan yang terus menerus, indikator lainnya adalah material yang dikeluarkan mencapai sekitar 100 juta meter kubik, energi yang dikeluarkan juga tergolong besar. Sedang Kepala BPPT Subandriyo menambahkan kawah baru yang terbentuk berdiameter 400 meter mendekati kawah letusan tahun 1872 yaitu 480x650 meter.
Sukhyar menambahkan pemantauan aktivitas Merapi masih terus dilakukan secara intensif. Tiga buah alat seismograf segara di pasang di pos Jrakah, Ketep dan Selo guna mendukung satu alat seiemograf yang masih bekerja saat ini yaitu di Plawangan. (umi)
No comments:
Post a Comment