VIVAnews- Gempa bukan menjadi ancaman terbesar dari struktur bangunan Jembatan Selat Sunda (JSS), namun justru kekuatan angin.
"Bagi jembatan selat Sunda yang paling berbahaya justru angin," ujar Direktur Utama PT Bangungraha Sejahtera Mulia Agung Prabowo kepada VIVAnews di Jakarta.
Sebab, selain berada di atas laut yang terbuka, posisi ketinggian JSS sekitar 80 meter di atas permukaan laut sehingga tekanan angin di kawasan ini cukup kencang.
Namun, dia menekankan jembatan akan didesain untuk mengatasi ancaman tersebut. Di bawah landasan JSS diberi lubang-lubang untuk memberi sirkulasi angin.
Menurut perhitungan Bangungraha, JSS sanggup menahan kekuatan angin 24 kilometer per jam. Namun kekuatan angin di Selat Sunda tidak sampai sebesar itu. "Artinya jembatan bisa tahan terhadap angin," ujar dia.
Ia mencontohkan jembatan Tacoma di Amerika Serikat yang kena angin sedikit akan bergoyang. Diharapkan JSS tidak seperti itu. Untuk itu di bawah landasan atau penyangga diberi lubang.
Metode ini juga dipakai oleh jembatan Xihoumen di China dan J. Messina di Italia.
Rencananya pembangunan jembatan ini akan menggunakan teknologi generasi ketiga dengan karakteristik pilon yang relatif fleksibel dan dek jembatan yang bentuknya aeorodinamis. Ketebalan landasan jembatan diperkirakan 5 meter sehingga lebih ringan dibanding generasi pertama setebal 15 meter. (hs)
No comments:
Post a Comment