REPUBLIKA.CO.ID,PADANG - Arsitektur Minangkabau dalam bangunan Rumah Gadang (rumah adat Minangkabau) yang telah lama dipakai di Sumatera Barat ternyata menunjukkan masyarakat setempat telah lama mengadopsi teknik bangunan tahan gempa. Para pakar selama ini mengenal Rumah Gadang merupakan salah satu konstrusi berarsitektur tahan gempa.
Demikian kata pakar ilmu arsitektur dari Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Bung Hatta, Dr Eko Alvares, di Padang, Kamis (3/3). Tahan gempa ini karena arsitektur Rumah Gadang memiliki keunikan bentuk pada atap yang menyerupai tanduk kerbau dibuat dari bahan ijuk. Bentuk badan rumah segi empat dan membesar ke atas (trapesium terbalik).
Eko menambahkan atap Rumah Gadang melengkung tajam seperti bentuk tanduk kerbau yang sisinya melengkung ke dalam. Sedangkan bagian tengahnya rendah seperti perahu dan secara estetika merupakan komposisi yang dinamis. ''Desain bangunan seperti ini, menurut para ahli arsitektur, merupakan konstruksi bangunan tahan gempa,'' katanya.
Rumah Minang disebut Rumah Gadang (rumah besar) bukan karena bentuk fisiknya yang besar. Melainkan, itu karena fungsi dari bangunan adat budaya Minangkabau ini.
Di samping sebagai tempat tinggal, Rumah Gadang juga digunakan sebagai tempat musyawarah keluarga. Rumah tersebut juga digunakan untuk tempat mengadakan upacara-upacara, pewarisan nilai-nilai adat, dan reprsentasi budaya matrilineal.
Sebagai tempat tinggal, Rumah Gadang memiliki tata aturan yang unik. Penghuni perempuan, yang telah bersuami, mendapat jatah satu kamar. Perempuan yang paling muda itu mendapat kamar yang paling ujung dan akan pindah ke tengah jika ada perempuan lain atau adiknya yang bersuami.
Sedangkan, perempuan tua dan anak-anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama pada ujung yang lain. Untuk laki-laki tua, duda, dan bujangan, mereka tidur di surau milik kaumnya masing-masing.
http://id.news.yahoo.com/repu/20110303/tpl-pakar-arsitektur-minang-adopsi-bangu-97b2f71.html
No comments:
Post a Comment